SELAMAT DATANG
THE ULTIMATE
Di samping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh kesenjangan sosial, namun sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembali. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi), M.A. Rachman (Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode 2001 sampai 2004), Herman Widyananda (Mantan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 2009–2011), dan lain sebagainya. Suku Madura mendiami 4 kabupaten di pulau Madura yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Sumenep merupakan wilayah yang dipercaya sebagai pusat kerajaan Madura pada zaman dahulu. Oleh sebab itu dialek bahasa Madura yang dijadikan bahasa pemersatu adalah dialek Sumenep. Suku Madura memiliki beberapa produk budaya yang masih mirip dengan kebudayaan suku Jawa, selain karena faktor kedekatan geografis adalah karena faktor ekspansi kerajaan Majapahit pada zaman dulu yang juga memasuki wilayah Madura dan akhirnya terjadi percampuran budaya. Namun, beberapa bentuk kebudayaan masih menunjukkan ciri khas dari pribumi suku Madura sendiri. Inilah beberapa bentuk ciri khas Suku Madura yang terkenal: 1. Clurit Suku Madura memiliki senjata tradisional yang sangat khas yang disebut clurit. Bentuk Clurit mirip dengan arit pada suku Jawa yang biasa digunakan untuk bertani dan berkebun. Perbedaannya, bentuk clurit lebih ramping dengan lingkar lengkung yang lebih tipis serta memiliki ujung yang lebih lancip. Clurit dilengkapi dengan gagang yang terbuat dari besi atau kayu. Keberadaan clurit pada masyarakat Madura tidak dapat dilepaskan dari legenda Pak Sakera. Konon pada zaman dahulu, Pak Sakera merupakan seorang mandor kebun yang selalu membawa clurit ketika bekerja dan mengawasi pegawai perkebunannya. Pada masa penjajahan Belanda, Pak Sakera merupakan sosok pejuang rakyat yang dengan cluritnya berani melawan para jagoan (biasa disebut Blater) yang sudah dibeli oleh Belanda untuk menguasai tanah Madura. Beliau merupakan sosok pemberontak dari kalangan santri yang sangat tegas menolak penjajahan Belanda. Sejak saat itu clurit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas Suku Madura. Clurit merupakan simbol perjuangan dan keberanian rakyat Madura. 2. Karapan Sapi (Keraban Sape) Keraban Sapeh atau lebih familiar disebut dengan karapan sapi, merupakan kebudayaan suku Madura yang sangat khas dan terkenal. Karapan sapi merupakan kesenian pesta adat rakyat berupa perlombaan dengan menggunakan semacam gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi dan terdapat satu joki sebagai pengendali laju sapi. Sejarah karapan sapi berawal dari Syeh Ahmad Baidawi yang memperkenalkan kepada masyarakat Madura tentang cara bercocok tanam sawah dengan menggunakan alat dari sepasang bambu disebut ‘nanggala’ atau ‘salaga’. Nanggala atau salaga ini ditarik oleh dua ekor sapi yang kemudian digunakan untuk membajak persawahan. Karapan sapi pada awal mulanya digunakan untuk menyeleksi sapi-sapi terbaik yang bisa digunakan untuk membajak sawah. Namun kemudian hal ini berkembang menjadi tradisi dan kesenian tersendiri. Masyarakat Madura biasa mengadakan perlombaan karapan sapi pada sekitar bulan-bulan Agustus dan September dan finalnya biasa dilaksanakan pada bulan Oktober. Tradisi tahunan karapan sapi ini cukup bergengsi di kalangan suku Madura karena sapi yang menjadi juara pada perlombaan ini selain meningkatkan status daya jualnya, juga dapat meningkatkan status sosial pemilik sapi. Karapan sapi biasa dilaksanakan pada areal persawahan dengan panjang lintasan sekitar 100 meter. Joki-joki karapan sapi harus berusaha memacu sapi-sapi mereka untuk dapat mencapai garis finish terlebih dahulu, yang tercepatlah yang dinyatakan sebagai pemenang. 3. Bahasa Madura Bahasa Madura yang mempunyai bahasa yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang ingin mempelajarinya mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalannya. Bahasa Madura sama seperti bahasa - bahasa di kawasan Jawa dan Bali, kemudian mengenal Tingkat - tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tingkatan yakni :
0 Comments
Leave a Reply. |
LINK FAKULTAS
|